Dimensi Harta dalam Kehidupan


Dimensi harta dalam kehidupan

Tak ada yang tercela dari jumlah harta, karena ukuran tercela atau tidak tercela bukan dari jumlahnya, melainkan dari cara memperolehnya, dan cara membelanjakannya. (There is no the despicable from amount of treasure, because the size of despicable or not despicable not from its amount, but from the way of obtain it, and the way of spend it).

Mari kita coba perhatikan secara cermat kehidupan ini. DIA (Allah) memberikan harta kepada manusia tanpa seleksi agama, tanpa seleksi keyakinan, tanpa seleksi kepercayaan, dan bahkan tanpa seleksi kepatuhan, sehingga yang Ateis dan atau yang paling membangkang kepada-Nya sekalipun bisa memiliki (banyak) harta.

DIA (Allah) memberikan harta, juga tanpa seleksi pendidikan, tanpa seleksi almamater, dan tanpa seleksi gelar kesarjanaan. Memang itulah faktanya, dan memang itulah karakteristik sifat Rahman-Nya. Sekarang, mari kita cermati karakteristik sifat Rahim-Nya. (Dalam konteks sifat Rahman dan sifat Rahim Allah)

Para ahli hikmah menyatakan: Harta diberikan kepada orang yang dicintai maupun kepada orang yang tidak dicintai-Nya, tetapi pemahaman Agama yang benar (Dinul Haq) tidak diberikan, kecuali hanya kepada orang yang dicintai-Nya saja.

Sekali lagi, tak ada yang tercela dari jumlah harta, karena ukuran tercela atau tidak tercela memang buka pada jumlahnya, melainkan pada cara memperolehnya sekaligus cara kita membelanjakannya.

Di kemudian hari, atau lebih tepatnya di Hari Kemudian, hisab untuk harta, bukan pada banyaknya, juga bukan pada sedikitnya. Pertanyaan krusial yang harus kita jawab tentang harta hanya dua: dengan cara apa kita memperolehnya, dan dengan cara apa kita membelanjakannya.

Sebagian dari kita mungkin bertanya: mengapa dua hal itu harus ditanyakan oleh Allah, bukankah DIA Maha Mengetahui Segala Sesuatu? Bukankah DIA sudah menugaskan Malaikat Roqib dan Atid untuk mencatat segala sesuatu yang kita lakukan? Bukankah buku catatan amal kita sudah merekam semua jejak hidup kita di dunia yang fana ini? Bukankah “folder” dan “file-file” sepak terjang kita di dunia ini seluruhnya ada di tangan-Nya?

Benar. DIA (Allah) Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Hisab-Nya, Pengadilan-Nya, Pertanyaan-Pertanyaan-Nya benar-benar bukan untuk kepentingan-Nya, sebab DIA sudah mengetahui secara pasti tanpa harus bertanya, karena sekali lagi DIA Maha Mengetahui segala sesuatu. Perhatikanlah bahwa Mahkamah Pengadilan-Nya adalah Persaksian Agung seluruh anggota tubuh kita di hadapan Hakim yang Maha Adil, yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu, agar kita menjadi saksi atas diri kita sendiri terhadap apa yang sudah pernah kita lakukan, sekaligus kita menjadi saksi atas kebenaran Al-Quran. Terkait hisab pada harta, kita akan menjadi saksi atas kebenaran Al-Quran tatkala di dunia Kitab Suci yang tak ada sedikitpun keraguan itu menginformasikan bahwa kelak di hari kemudian tangan dan kaki kita akan berbicara tentang hal sesungguhnya yang dilakukannya. Mulut yang sangat mudah berbohong ini akan terkunci rapat, karena testimoni yang sebenarnya akan disampaikan oleh seluruh anggota tubuh kita yang terlibat dalam setiap peristiwa. Itulah hikmah besar yang terkandung dalam momentum hisab, tak terkecuali hisab atas harta.

Maka, kalau boleh saya garisbawahi, hal yang paling berharga dalam hidup ini sesungguhnya adalah bukan harta, bukan pekerjaan dan lain sebagainya. Hal paling berharga dalam hidup ini sejatinya adalah pemahaman agama yang benar (Dinul Haq). Dengan Dinul Haq itulah maka kemudian harta, pekerjaan dan lain sebagainya menjadi berharga di mata Allah. Kesimpulan ini saya coba elaborasi dari fakta bahwa, Baginda Rasulullah Muhammad SAW hanya mewariskan dua pusaka kepada ummatnya: Al-Quran dan Sunnah beliau. Jika saja yang paling berharga dalam hidup ini adalah harta, bukan pemahaman agama yang benar misalnya, maka Baginda Rasulullah SAW akan memilih untuk mewariskan sertifikat tanah, atau sertifikat benua, untuk dibagi-bagikan kepada ummatnya.

Akhirnya, izinkan saya untuk berkata bahwa harta, penting dalam kehidupan. Tetapi, saya tidak akan pernah bergeser dari keyakinan awal bahwa, pemahaman agama yang benarlah yang akan menuntun kita untuk mengumpulkan harta dengan cara yang benar serta membelanjakannya dengan cara yang benar pula. Dan, hanya dengan pemahaman agama yang benarlah kita layak bicara tentang keselamatan mengarungi samudera kehidupan ini. Dengan kata lain, pemahaman (dan juga pengamalan) agama yang benar itulah sejatinya harta kehidupan kita yang sesungguhnya. Wallahua’lam.

0 Response to "Dimensi Harta dalam Kehidupan"

Posting Komentar